
Angin barat berhembus hingga tepian pantai pulau Sumatera, mengajak para ombak menyapu lobang-lobang kosong ditubuh Eks Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) 511 Teluk Bone yang terkikis dan berkarat. Kapal militer ini telah bersemayam sejak 2 tahun silam di tepi Pantai Pauh Kota Pariaman, Sumatera Barat, sejak dihibahkan oleh Kementerian Pertahanan RI. Hingga saat ini posisi kapal hanya berubah sejengkal demi sejengkal akibat pengikisan pasir pantai.
Dahulu wali kota Pariaman periode 2018-2023 pernah berjanji akan menyulap KRI 511 sebagai museum yang akan menghidupkan pariwisata bahari di Kota Pariaman, mengingat kota ini pernah menjadi pangkalan TNI Angkatan Laut. Bersamaan dengan akan dibangunnya masjid terapung di lokasi yang berdekatan. Kabar tentang perencanaan ini sampai di telinga para pedagang makanan dan minuman di sekitar Pantai Pauh, mereka antusias menanti janji-janji yang seolah pasti. Namun janji tertinggal seiring dengan kekalahan wali kota sebelumnya saat memperebutkan bangku kekuasaan sebagai orang nomor satu di Kota Pariaman.
Kemudian mata para pedagang di tepian pantai kembali berbinar saat wali kota baru mengunjungi kapal ini beberapa waktu yang lalu. Seorang pedagang bercerita bahwa ia telah menyampaikan keluh kesahnya kepada sang wali kota, dan jawaban yang didapatkan tak jauh berbeda dari janji usang sebelumnya. Sedang masjid terapung yang dijanjikan tak kunjung rampung, hingga puing-puing masjidnya beralih fungsi sebagai alat pemecah gelombang.

Sekarang, janji usang ini menyulap kapal gagah yang pernah mengarungi lautan menjadi kapal tua terbengkalai. Bersama dengan redup cahaya mentari, sang kapal tetap berdiri dan menanti datangnya hari kapan ia akan dimuseumkan. Sang kapal menanti untuk kembali disambangi.

Kini KRI 511 Teluk Bone hanya bisa dilihat dari luar saja, beberapa pengunjung pantai sesekali memainkan tambang penyanggah kapal dengan menjadikannya ayunan. Sedang pengunjung yang lain lebih memilih menikmati matahari tenggelam dari balik tubuh gagah kapal militer ini.



